Home » » Rupiah Menuju 14.700 per Dolar AS, Menko Ekonomi Bicarakan dengan BI

Rupiah Menuju 14.700 per Dolar AS, Menko Ekonomi Bicarakan dengan BI

Written By JUFRI on Wednesday 23 September 2015 | 06:41

Katadata

KATADATA – Nilai mata rupiah terus melemah hingga sempat menembus level 14.700 per dolar Amerika Serikat (AS). Faktor penyebabnya adalah melemahnya sejumlah indikator ekonomi di dalam negeri dan luar negeri.

Berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia (BI) atau Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), Rabu (23/9), rupiah ditutup pada level Rp 14.623 per dolar AS atau melemah hampir satu persen dari hari sebelumnya yang sebesar Rp 14.486 per dolar AS.

Di pasar spot, penurunan rupiah malah lebih dalam. Bloomberg mencatat, rupiah melemah 0,65 persen ke posisi Rp 14.646 per dolar AS. Bahkan, pada perdagangan hari ini, rupiah sempat menembus Rp 14.730 per dolar AS. Jika dihitung sejak awal tahun ini, rupiah sudah melemah 18,23 persen.

Pelemahan tajam rupiah hari ini sejalan dengan memerahnya bursa saham di kawasan Asia, termasuk Bursa Efek Indonesia (BEI). Indeks harga saham gabungan (IHSG) anjlok 2,29 persen menjadi 4.244,42.

Namun, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menilai, pelemahan tajam rupiah hari ini bukan disebabkan oleh faktor di dalam negeri. “Saya tidak melihat ada faktor yang khusus dari domestik. Cuma nanti kami bicara dengan BI untuk mengetahui itu,” katanya di Jakarta, Rabu (23/9).

Sebaliknya, Darmin menilai, pelemahan rupiah dipengaruhi faktor eksternal. Yaitu, melorotnya harga mayoritas komoditas dan kekhawatiran investor terhadap kondisi perekonomian Cina. “Itu membuat spekulasi agak menguat,” imbuhnya. Padahal, pemerintah semula berharap spekulasi di pasar keuangan bakal mereda setelah bank sentral AS (The Federal Reserve) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga The Fed.

(Baca: Tiga Ramalan ADB Atas Kelesuan Ekonomi Asia)

Kemarin (22/9), Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADB) meramal perekonomian negara-negara di Asia menghadapi tiga tantangan besar hingga tahun depan. Alhasil, proyeksi ekonomi tahun 2016 hanya tumbuh 5,8 persen, lebih rendah dari perkiraan awal sebesar 6,3 persen. Direktur ADB untuk Indonesia Steven Tabor meramalkan tantangan pertama yakni kembalinya dana ke AS (capital flow reversal) karena meningkatnya risiko investasi di negara-negara berkembang (emerging market).

(Baca: ADB: Tiga Faktor Pendukung Ekonomi Indonesia Semester II akan Membaik)

Khusus bagi Indonesia, mata uang melemah tajam karena ada persoalan defisit fiskal dan neraca transaksi berjalan. Dibandingkan negara ASEAN lainnya, hanya Indonesia yang mengalami defisit neraca transaksi berjalan. Alhasil, ADB menurunkan target pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini dari sebelumnya 5,5 persen menjadi 4,9 persen.

Tantangan kedua, pelemahan mata uang khususnya yuan Cina diperkirakan masih berlanjut. Hal ini akan berdampak terhadap mata uang lainnya. Ketiga, harga komoditas diperkirakan belum meningkat hingga tahun depan.

Sumber : Rupiah Menuju 14.700 per Dolar AS, Menko Ekonomi Bicarakan dengan BI

Berita lainnya dari KATADATA.CO.ID :

Cegah Kebakaran Hutan, Gapki Minta Dana Sawit untuk Petani Kecil

BPK Dukung Pembentukan Undang-Undang Pengaman Keuangan

Pemerintah Pastikan Tetap Akan Bangun Kereta Cepat

Katadata on Facebook | Twitter | Google +



via Katadata.co.id
Share this article :

0 comments:

Post a Comment

 
Copyright © 2013. Yuk Bisnis Property - All Rights Reserved