Home » » “Kilang Gas Badak Tak Akan Mati Seperti Arun”

“Kilang Gas Badak Tak Akan Mati Seperti Arun”

Written By JUFRI on Friday 7 August 2015 | 02:29

Katadata

KATADATA – Setelah mencapai puncak produksi tahun 2001 silam, produksi gas alam cair (liquid natural gas/LNG) kilang Badak di Bontang, Kalimantan Timur, terus menurun. Tahun lalu, produksinya tinggal 10,7 juta metrik ton dan diperkirakan turun lagi tahun ini menjadi 9,7 juta metrik ton. Jika tidak ada pasokan baru gas, kilang LNG tertua dan terbesar di Indonesia ini bakal berhenti beroperasi dalam beberapa tahun mendatang.

Namun, sebagai pengelola kilang, PT Badak NGL (Natural Gas Liquefaction) menolak pasrah terhadap nasib tersebut. Berbagai cara dilakukan agar dapat bertahan dan tak bernasib sama seperti kilang LNG Arun di Nanggroe Aceh Darussalam, yang purna operasionalnya tahun lalu. Mulai dari upaya  cost-effectiveness hingga menyiapkan program pengembangan pekerja untuk mengantisipasi era baru dalam bisnis LNG.

Salis S. Aprilian, Presiden Direktur Badak NGL, menyatakan kilang Badak akan menjalani second life cycle tahun 2017 seiring berakhir kontrak sebagai operator kilang, dan kemungkinan PT Pertamina menguasai 100 persen saham. “Kami belum tahu seperti apa bentuk PT Badak yang baru nanti, karena ini sedikit berbeda dengan PT Arun, yang sumber gasnya tidak cukup dijadikan LNG. Jadi, mereka bertransformasi menjadi Regasification Plant. Sedangkan sumber gas di sekitar PT Badak masih ada meskipun terus menurun,” kata pria berperawakan tinggi ini kepada tim Katadata, pertengahan Juli lalu. Saat diwawancarai, Salis didampingi Direktur Operasional Badak NGL Yhenda Permana yang turut memberikan beberapa penjelasan. Berikut ini petikan wawancaranya.

Pasokan gas ke Badak yang terus menurun, kontras dengan potensi gas di Kaltim yang cukup besar. Mengapa itu dapat terjadi?

Salis: Pasokan terbesar Badak berasal dari Total E&P Indonesie (TEPI). Sedangkan gas yang lain dipasok Vico, Chevron dan Mubadala. Sebagian dari mereka sudah berproduksi 40 tahun lebih, seusia dengan PT Badak yang juga sudah empat dekade. Saat ini sudah sulit menemukan cadangan baru di area mereka (East Kalimantan Block). Tapi kami masih berharap ada second life cycle dari penemuan lapangan-lapangan baru (new discovery) di sana. Misalnya Lapangan Jangkrik milik ENI dan IDD Chevron. Dengan begitu, kilang Badak tidak mati seperti Arun, tapi disiapkan untuk berproduksi kembali.

Setelah kontrak Badak NGL sebagai operator berakhir 2017, apakah secara otomatis akan dikelola 100% oleh Pertamina?

Salis: Secara kepemilikan, ada kemungkinan 100 persen saham PT Badak NGL akan menjadi milik Pertamina. Namun asetnya milik pemerintah, karena selama ini dibiayai dari mekanisme cost recovery PSC. Pemerintah dalam hal ini diwakili oleh Direktorat Jendral Kekayaan Negara (DJKN), seperti PT Arun NGL. Kami masih menunggu keputusan Pemerintah.

Pertamina akan membangun kilang BBM Bontang. Apakah itu akan berada di bawah PT Badak?

Salis: Proyek pembangunan kilang tersebut berada di Direktorat Pengolahan Pertamina yang dipimpin Pak Rachmad Hardadi. Mereka memiliki program-program yang bertujuan menaikkan kapasitas dan kompleksitas kilang. Salah satu programnya adalah membangun kilang baru di Bontang. Khusus pembangunan kilang baru di Bontang akan menggunakan lahan yang sudah ada di area PT Badak NGL, yang sebelumnya merupakan lahan yang dulunya direncanakan untuk train ke- 9 dan 10.

Apakah mungkin kilang LNG PT Badak di Bontang dapat diubah ke kilang BBM?

Salis: Kilang LNG tidak dapat langsung diubah menjadi kilang BBM karena berbeda. Namun, beberapa fasilitas yang sudah ada, seperti perumahan, utilities, sarana jalan, akses pelabuhan, dan lain-lain dapat mendukung adanya pembangunan kilang BBM ini.

Jadi, apakah nasib PT Badak akan seperti Arun?

Salis: Jika PT Badak tidak mendapatkan pasokan gas yang cukup, maka berpotensi seperti Arun saat ini. Kalau itu terjadi, kami harus dapat memanfaatkan fasilitas yang ada, seperti tangki, pelabuhan, perumahan dan fasilitas pendukung lainnya untuk pengembangan bisnis lain.

Adakah potensi bisnis selain regasifikasi?

Salis: Potensi bisnis lainnya adalah sebagai LNG dan atau LPG Hub. Gunanya untuk menyimpan LNG yang datang atau diimpir dari luar negeri, misalnya dari Afrika, Australia, atau bahkan Amerika Serikat, yang kemudian akan didistribusikan ke daerah lain khususnya kawasan terpencil di Indonesia. Konsep ini sedang dikembangkan oleh Pertamina, yakni LNG dapat masuk ke pulau-pulau kecil atau remote area. Jadi, pasokan LNG dari domestik ataupun luar negeri, seperti dari Tangguh dan Donggi Senoro yang dibawa dengan kapal besar ditampung ke LNG Hub untuk disimpan di dalam tangki. Kemudian di-loading lagi ke kapal kecil untuk dikirim ke kawasan lain yang memerlukannya. Makanya ada program “LNG for Vehicle, LNG for Mining, LNG for Industries,” dan lain-lain.

Jika jadi LNG atau LPG Hub, apakah bisa memunculkan para trader yang menjualkan gas dari sana?

Salis: Ada potensi bisnis seperti itu. Jadi bisa saja fasilitas LNG/LPG Hub ini dibuka sebagai “open access”, sehingga memunculkan para trader gas dan LNG yang dapat memanfaatkan fasilitas ini. Negara tetangga seperti Singapura yang telah menjadi energy hub, dapat tersaingi karena kita memiliki fasilitas yang lebih lengkap. Buktinya, Arun mampu dikelola dengan baik dan berlokasi strategis. LNG dari seluruh dunia dapat di tampung di Arun. Misalkan kita memiliki kontrak dengan Qatar, lalu LNG-nya kita simpan di hub. Kalau butuh dan mau dijual, dapat kita ecer ke Filipina atau negara lain. Ini merupakan tahapan selanjutnya bagi Arun. Namun tentunya diperlukan aturan main dan tata kelola bisnis gas yang baik agar semuanya berjalan teratur demi ketahanan energi nasional.

Apa peluang yang diharapkan dari pemerintah agar PT Badak bisa menjalani second life cycle?

Yhenda: Kami berharap ada PT Badak baru di bawah PT Pertamina yang mencari profit. Tugasnya dua, yaitu menjalankan kilang dan membagi pengalaman kilang ke seluruh dunia atau menjadi penyedia jasa. Dengan kata lain, bisa saja PT Badak baru itu menjadi anak perusahaan PT Pertamina yang profit. Lalu, di bawah PT Badak baru tersebut dibentuk dua anak perusahaan (cucu perusahaan PT Pertamina) yang bertugas menjalankan kilang Badak LNG dan yang satu lagi profit menjalankan bisnis O&M, training dan penyedia jasa lainnya.

Opsi mana yang paling mungkin?

Yhenda: Jika gas masih ada, kami tetap mengoperasikan kilang karena itu menjadi tugas utama kami. Sambil jalan kami mempersiapkan alternatif lain, seperti LNG Hub, lembaga pusat pelatihan, dan operating and maintenance company. Operation dan Maintenance Company ini dapat dibentuk dengan menggabungkan entity bisnis yang sudah ada baik di dalam PT Badak sekarang dengan entity bisnis yang sama di luar PT Badak sekarang ini.

Bagaimana PT Badak menjadi pusat pelatihan dan penyedia jasa perawatan kilang LNG?

Yhenda: Di dunia ini banyak yang butuh mengoperasikan dan merawat kilang LNG. Kami telah membuktikan hal tersebut. Dalam tiga tahun terakhir, di PT Badak tidak ada tenaga kerja asing. Yang terbanyak hanya pada awal pembangunan sekitar 150 tenaga asing. Sekarang orang luar yang belajar ke PT Badak. Dari Amerika ada 60 orang yang ikut pelatihan selama tiga bulan. Dari Yaman, 200 orang selama dua tahun. Begitu pula dari Angola, bahkan dari Mozambik, Qatar dan lain-lain mengirimkan banyak pekerjanya untuk mendapatkan pelatihan di PT Badak.

Kenapa mereka belajar ke PT Badak?

Yhenda: Kami sudah teruji dan menjadi perusahaan yang terpercaya. Terbukti dengan SDM kami yang diminta oleh perusahaan asing. Kami dapat mencontohkan, 25 orang tenaga ahli PT Badak diminta ke Angola. Saat ini mereka sudah memasuki tahun ke-3 dalam tahap start up kilang LNG.

Sumber : “Kilang Gas Badak Tak Akan Mati Seperti Arun”

Berita lainnya dari KATADATA.CO.ID :

PLN Pasrah Jika Tak Bisa Jadi Badan Penyangga Gas

ESDM Buat Surat Keputusan Pengalihan Hak Kelola Blok Mahakam

El-Nino Dikhawatirkan Ganggu Pertumbuhan Ekonomi

Katadata on Facebook | Twitter | Google +



via Katadata.co.id
Share this article :

0 comments:

Post a Comment

 
Copyright © 2013. Yuk Bisnis Property - All Rights Reserved