KATADATA – Potensi ekonomi Indonesia dalam jangka panjang masih menjanjikan. Tapi potensi ini bisa hilang jika pemerintah gagal memperbaiki perlambatan ekonomi pada semester II.
Ekonom DBS Group Research Gundy Cahyadi mengatakan, investor asing masih cukup optimistis dengan perkembangan ekonomi Indonesia. Ini dibuktikan dengan masuknya aliran modal dari luar negeri di pasar saham dan obligasi sebesar US$ 22 miliar selama semester I.
“Ini menunjukkan tidak adanya capital outflows dari pasar finansial Indonesia. Potensi ekonomi Indonesia jangka panjang menjadi alasan mereka tetap berinvestasi,” kata Gundy dalam hasil riset DBS Group yang diterima Katadata, Kamis (9/7).
Meski begitu, pemerintah diharapkan lebih efektif menjalankan program pemerintahannya pada semester II. Kuncinya, kata Gundy, investasi. “Walaupun utang sedikit bertambah, itu tidak masalah, selama produkti,” kata dia.
Bank Indonesia (BI) Seperti diberitakan, menilai kinerja perekonomian pada kuartal II-2015 cenderung stagnan. Selama periode itu, pertumbuhan ekonomi diperkirakan masih berada di level 4,7 persen, sama dengan realisasi pada kuartal sebelumnya.
Dalam perhitungan BI, tidak bergeraknya kinerja perekonomian pada kuartal II karena konsumsi masyarakat masih rendah. Padahal, pada periode ini sudah masuk bulan puasa. Ini terlihat dari rendahnya laju inflasi Juni yang hanya 0,54 persen. Padahal, konsumsi diharapkan menjadi sentimen utama pendorong pertumbuhan ekonomi, karena belanja pemerintah belum menunjukan peningkatan.
(Baca: Lembaga Dunia: Ada Masalah Komunikasi Pemerintah dengan Pasar)
Perlambatan pertumbuhan ekonomi yang terjadi selama semester I berpotensi meningkatkan jumlah pengangguran. Direktur Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Universitas Indonesia I Kadek Dian Sutrisna Artha mengatakan, potensi kenaikan jumlah pengangguran lantaran menurunnya pertumbuhan di sektor manufaktur.
Selama kuartal I, misalnya, sektor yang mengalami pertumbuhan hanya industri komunikasi dan informasi, jasa keuangan, serta real estate. Masalahnya, sektor-sektor ini tidak menyerap tenaga kerja yang besar. Sementara sektor manufaktur yang menyerap tenaga kerja besar justru pertumbuhannya melemah pada kuartal I.
“Perlambatan ekonomi juga mengurangi permintaan. Tapi depresiasi rupiah ini memukul domestik, karena sebagian besar bahan baku mengandalkan impor. Maka, ada indikasi manufaktur akan slowdown. Padahal, industri ini banyak menyerap tenaga kerja,” kata Kadek.
Salah satu persoalan yang dihadapi pemerintah saat ini adalah tingkat penyerapan anggaran yang rendah. Selama semester I, tingkat serapan anggaran baru 33 persen. Padahal belanja pemerintah menjadi faktor utama peningkatan konsumsi dan investasi swasta untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang sedang melambat tahun ini.
Sumber : Ekonomi Masih Menjanjikan, tapi Tergantung Realisasi Pemerintah
Berita lainnya dari KATADATA.CO.ID :
Ini Alasan Pelindo Keberatan dengan Aturan Wajib Rupiah
Minat Pertamina di Blok Sanga-Sanga Terganjal Akses Data
ADB Tambah Dana Pinjaman Hingga US$ 3,5 Miliar untuk Indonesia
Katadata on Facebook | Twitter | Google +
via Katadata.co.id
0 comments:
Post a Comment