KATADATA – Bank Pembangunan Asia (ADB) menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dari 5,5 persen menjadi 4,8 persen-5,2 persen. Penurunan proyeksi tersebut lantaran ADB melihat belanja pemerintah yang menjadi pendorong pertumbuhan belum berjalan optimal.
Deputy Country Director ADB Edimon Ginting mengatakan, ada beberapa faktor yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi pada tahun ini tidak sesuai target. Misalnya, penerimaan pajak yang rendah yang kemudian berdampak pada tingkat penyerapan anggaran.
Kemudian, pelemahan ekonomi global serta turunnya harga komoditas mempengaruhi kinerja ekspor Indonesia. “Ini yang menyebabkan pertumbuhan tertunda,” kata dia di kantornya, Jakarta, Selasa (7/7).
ADB menilai, ekonomi bisa tumbuh 4,8 persen jika pemerintah dapat mengoptimalkan penerimaan pajak, kemudian mempercepat penyerapan anggaran. (Baca: Menkeu: Pertumbuhan Ekonomi Semester I Hanya 4,9 Persen)
Selama semester I, pemerintah baru membukukan penerimaan pajak sebesar Rp 555,2 triliun atau 37,3 persen dari target Rp 1.489 triliun. Direktur Jenderal Pajak Sigit Priadi Pramuditho pesimistis target penerimaan pajak akan tercapai. Hingga akhir tahun, diperkirakan penerimaan pajak hanya 91 persen.
Dari sisi penyerapan belanja, pemerintah baru berhasil merealisasikan anggaran sebesar 33,1 persen pada semester I. menurut Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan Askolani, biang keladi rendahnya penyerapan anggaran ini adalah perubahan nomenklatur kementerian dan daftar isian pelaksanaan anggaran (DIPA).
(Baca: BI Turunkan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi 2015)
Country Director ADB Steven R. Tabor mengatakan, ada beberapa faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi Indonesia. Antara lain, kerentanan di tingkat makro, kesenjangan yang meningkat, ekspor yang mengandalkan komoditas primer, dan pendapatan pemerintah yang rendah.
Persoalan lain yang juga menghantui Indonesia adalah defisit infrastruktur, kurangnya tenaga kerja ahli, rendahnya alokasi anggaran untuk riset dan pengembangan. Kemudian, pasar keuangan yang dangkal, peraturan yang terlampau banyak dalam usaha, serta kompetisi yang tidak sehat. (Baca: Pemerintah Asumsikan Ekonomi Paling Tinggi Tumbuh 5,4 Persen)
Meski begitu, Steven menyampaikan, bahwa masyarakat ekonomi ASEAN (MEA) akan berdampak positif bagi Indonesia, terutama, dari sisi pasar modal dan usaha. Kemudian, penyeimbangan kembali ekonomi Cina juga akan berdampak baik bagi permintaan impor dari Indonesia. Selain itu, Indonesia diuntungkan dari sisi demografis.
“Kami senang, karena pemerintah sudah mulai fokus pada beberapa masalah. Seperti, reformasi fiskal, infrastruktur, pembebasan tanah, dan pelayanan terpadu satu pintu (PTSP),” tutur Steven. (Baca: Sejumlah Lembaga Keuangan Turunkan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia)
ADB memperkirakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh 5,6 persen tahun depan, karena pembangunan infrastruktu diyakini akan berdampak pada tahun depan.
Sumber : ADB Turunkan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI
Berita lainnya dari KATADATA.CO.ID :
Freeport Minta Bayar Pajak Lebih Rendah
DPR Cari Solusi Hukum untuk Freeport
Bangun Infrastruktur, Pemerintah Utang Rp 506 Triliun
Katadata on Facebook | Twitter | Google +
via Katadata.co.id
0 comments:
Post a Comment